Pasien diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori berdasarkan kelas sosial ekonomi dan tingkat pendidikan sebelum dihubungkan dengan pola perilaku pemikiran tertentu. Pasien dari tingkat social ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi, lebih mendukung tradisi biomedis. Sementara sebaliknya, pasien dari tingkat social ekonomi dan pendidikan rendah lebih mendukung atau memilih pegobatan tradisional. Di samping itu, pada kenyataannya pasien memiliki bermacam-macam perasaan terhadap pengobatan yang diterimanya, mulai dari pengobatan biomedis sampai pada pengobatan tradisional, sehingga masyrakat terkesan barganti-ganti dalam mengambil teknik pengobatan untuk dirinya. Hal itu diperkuat oleh Studi masyarakat Hausa di Nigeria Utara yang menunjukkan bahwa “ketidaktauan” merupakan aspek yang penting dari pengetahuan dan praktek pengobatan terhadap pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Didasarkan atas observasi, bahwa tenaga kesehatan di daerah pedesaan Jawa Tengah menghadapi tradisi pengobatan lainnya dengan sikap dualisme. Dalam kehidupan profesional, mereka menentang segala bentuk integrasi dengan pengobatan tradisional. Namun, dalam lingkup pribadi mereka dengan mudah memanfaatkan jenis-jenis pengobatan tradisional. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidak konsekuensian dan ketidaksinkronan pada tenaga kesehatan ketika menerapkan prinsip pengobatan di masyarakat.
Kebanyakan tenaga kesehatan, para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya di Jawa Tengah menyadari kalau pelayanan yang mereka berikan kepada mayarakat hanyalah satu di antara banyak alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat. Di samping pengobatan medis, di sana pun tersedia pengobatan tradisional Jawa, baik berupa pengobatan melalui perantara dukun maupun pengobatan dengan ramuan jawa. Di antara banyaknya tersebut, petugas tenaga kesehatan beranggapan praktek-praktek pengobatan Jawa tradisional hanya cocok untuk masyarakat “tidak maju” tertinggal dalam arus modernisasi yang belum bisa menghargai manfaat tradisi biomedis. Mereka sepakat bahwa praktek tersebut tidak ada gunanya dan merupakan peninggalan jaman dulu. Bahkan, lebih jauh lagi, mereka menganggap salah satu pengobatan tradisional, yaitu pengobatan ke dukun bayi adalah hal yang bodoh dan hanya dilakukan oleh “orang yang bodoh’. Berikut adalah cuplikan kalimat seorang bidan yang menanggapi tentang pengobatan ke dukun bayi. “Saya pernah melihat seoranga anak mati karena dukun bayinya tidak menggunakan alat yang steril. Seluruh badannya membiru. Kami memberikan gunting, perban, dan alat-alat kesehatan kepada dukun untuk membantunya melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Namun, mereka tidak mendengarkan dan masih saja memotong ari-ari dengan sebilah bambu. Inilah yang menyebabkan infeksi dan karenanya banyak bayi yang kemudian meninggal
Penolakan publik terhadap cara pengobatan Jawa tersebut tidak tercermin dalam lingkup hidup tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sering meminta tukang pijat untuk memijat mereka pada fase awal masuk angin bilamana badan terasa lelah. Begitu pula staff Puskesmas perempuan umumnya dibantu oleh dukun bayi ketika melahirkan anak-anak mereka. Bahkan para bidan yang seringkali menunjukkan sikap bermusuhan pada kolega tradisionalnya, ternyata dalam percakapan informal mengatakan bahwa mereka juga pernah memanfaatkan pelayanan dukun bayi, kerokan dan dengan jamu serta ramuan-ramuan yang juga cukup popular diantara tenaga kesehatan, hingga 85% diantara mereka menggunakannya. Hal ini terlihat tidak sinkron jika melihat cara mereka yang berkebalikan dengan yang mereka ucapkan selama ini
Di lingkup formal, tenaga kesehatan menolak segala jenis pengobatan tradisional. Namun secara pribadi, mereka biasa memanfaatkannya. Misalnya pengobatan Jawa tradisional, secara ideologis tidak dapat diterima oleh model konseptual biomedis. Namun, secara faktual tenaga kesehatan menggunakannya. Maka dari itu, untuk konflik di dalam dirinya yang tidak sesuai, para tenaga kesehatan memilih bersikap dualisme dengan membagi loyalitas antara tradisi-tradisi pengobatan yang berbeda sesuai dengan lngkungan sosial dimana mereka berada. Jadi secara tidak langsung mengakui manfaat dari keberadaan pengobatan tradisional di sekitar mereka (more…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be honestly OK :D