ShoutMix chat widget

INFO PENERIMAAN MAHASISWA BARU 2010/2011

@ AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKARTA (01 Februari s.d 23 Agustus 2010)
@ INSTITUT SAINS TERAPAN DAN TEKNOLOGI SURABAYA (online)
@ INSTITUT SENI INDONESIA YOGYAKARTA
> Gelombang I (Mei s.d Juni 2010)
> Gelombang II (Juli 2010)
@ INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG (online)
@ INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER (04 Januari s.d 02 April 2010)
@ SEKOLAH TNGGI INFORMATIKA & KOMPUTER INDONESIA
@ SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN TRANSPOR TRISAKTI (online)
@ STIKES SANTO BORROMEUS
> Gelombang Ia (02 November 2009 s.d 12 Maret 2010)
> Gelombang Ib (13 Maret s.d 27 Mei 2010)
> Gelombang II (31 Mei s.d 16 Juli 2010)
> Gelombang III (19 Juli s.d 12 Agustus 2010)
@ STIKS TARAKANITA (01 September 2009 s.d 31 Juli 2010)
@ UNIVERSITAS AIRLANGGA (sudah dibuka 0_0)
@ UNIVERSITAS ATMAJAYA YOGYAKARTA
> Jalur Ranking (01 September 2009 s.d 30 April 2010)
> Jalur Rapor (01 September 2009 s.d 30 April 2010)
> Jalur NEM (01 Juni 2010 s.d 31 Juli 2010)
> Jalur Non Akademik (01 September 2009 s.d 29 Januari 2010)
> Jalur Antara (01 September 2009 s.d 29 Januari 2010)
> Jalur Kerja Sama (01 September 2009 s.d 29 Januari 2010)
> Jalur Reguler Periode I (03 Mei s.d 11 Juni 2010), Periode II (14 Juni s.d 09 Juli 2010), Periode III (12 Juli s.d 06 Agustus 2010)
> Jalur PSSB (02 Nopember 2009 s.d 29 Januari 2010)
> Jalur Beasiswa (akan diinformasikan)
@ UNIVERSITAS GUNADARMA (daftar online)
@ UNIVERSITAS INDONESIA (donwload info rev 1.1)
> PPKB (November 2009), SIMAK (11 April 2010), KSDI (15 Mei 2010), Prestasi (15 Mei 2010)
@ UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA (01 Desember 2009 s.d 04 Agustus 2010)
@ UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM
> Penelusuran Bibit Unggul Daerah (01 Februari s.d 30 April 2010)
> Ujian Masuk Jalur Mandiri (19 Juli s.d 30 Juli 2010)
@ UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG (on site)
@ UNIVERSITAS KATOLIK PARAHYANGAN
> USM I (17 Desember 2009 s.d 26 Januari 2010)
> USM II (07 Februari s.d 04 Mei 2010)
> USM III (17 Mei s.d 20 Juli 2010)
@ UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
> Jalur Prestasi Tahap I (01 September s.d 30 Oktober 2009), Tahap II (02 Nopember 2009 s.d 04 Januari 2010), Tahap III (18 Januari s.d 26 Februari 2010), Tahap IV (01 Maret s.d 16 April 2010)
> Jalur Kerja Sama (15 Februari s.d 05 Maret 2010)
> Jalur Reguler Gelombang I (03 Mei s.d 18 Juni 2010), Gelombang II (21 Juni s.d 16 Juli 2010), Gelombang III (19 Juli s.d 03 Agustus 2010)
@ UNIVERSITAS KRISTEN DUTA WACANA (September 2009 s.d April 2010)
> Jalur Penelusuran Prestasi Siswa
> Jalur Penulusuran Potensi Akademik Siswa
@ UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
> Jalur Tanpa Tes (14 September 2009 s.d 30 Juni 2010)
> Jalur Tes Gelombang I (29 Mei 2010), Gelombang II (10 Juli 2010)
> Jalur Tes Harian (01 April s.d 13 Agustus 2010)
@ UNIVERSITAS MEDAN AREA (mulai Juni 2010)
@ UNIVERSITAS PAKUAN
> Gelombang I (05 Januari s.d 20 Mei 2010)
> Gelombang II (24 Mei s.d 03 Juli 2010)
> Gelombang III (05 Juli s.d 07 Agustus 2010)
@ UNIVERSITAS PANCASILA
> Gelombang I (09 November 2009 s.d 27 Maret 2010)
> Gelombang II (28 Maret s.d 25 Juni 2010)
> Gelombang III (26 Juni s.d 20 Agustus 2010)
@ UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
> Jalur Prestasi Periode V (04 s.d 30 Januari 2010), Periode VI (01 Februari s.d 27 Februari 2010), Periode VII (01 Maret s.d 20 Maret 2010), Periode VIII (22 Maret s.d 22 April 2010)
> Jalur Tes (01 September 2009 s.d 23 April 2010)
> Jalur Reguler Gelombang I (03 Mei s.d 04 Juni 2010), Gelombang II (07 Juni s.d 01 Juli 2010), Gelombang III (05 s.d 29 Juli 2010)
@ UNIVERSITAS SURABAYA (30 November 2009 s.d 19 Januari 2010)
@ UNIVERSITAS TARUMANEGARA (s.d Agustus 2010) DOWNLOAD
@ UNIVERSITAS TRISAKTI (online)

Rabu, 07 Juli 2010

POSYANDU : PARTISIPASI atau KEPATUHAN MASYARAKAT ??

Gambaran Umum Masalah

Ø Pembagian tugas antar kader dan staf puskesmas dalam pelaksanaannya masih terbalik

Ø Jadwal posyandu masih ditentukan oleh pihak puskesmas

Ø Birokrasi informasi pelaksanaan program pelayanan kesehatan masih berbelit-belit sehingga masyarakat tidak mengetahui tujuan posyandu

Ø Disfungsi kader terpilih

Ø Partisipasi aktif kader hanya untuk mencari popularitas di mata masyarakat

Ø Tenaga kesehatan memandang tidak ada gunanya melatih calon kader karena tidak menjamin bahwa kader yang dilatih akan membantu mereka dalam jangka waktu yang cukup berarti

Ø Kader hanya sebagai formalitas saja

Ø Petugas kesehatan tidak memahami pokok permasalahan sebenarnya sehingga langsung men-judge secara sepihak

Ø Program posyandu yang dianggap penting oleh masyarakat mendapat perhatian lebih, sedangkan yang tidak penting akan mereka abaikan

Masalah secara Spesifik

Ø Faktor Personal

1. Kader

§ Kurang bisa mempengaruhi masyarakat

§ Kurang pengetahuan

§ Tingkat kepedulian masih rendah

§ Kesibukan kader di aktivitas yang lain

2. Tenaga Kesehatan

§ Kurangnya kompetensi untuk melakukan pelatihan ke kader

§ Merasa benar sendiri

§ Menganggap kader sebagai formalitas

3. Masyarakat

§ Kurang peduli (menganggap kurang penting)

§ Punya kesibukan sendiri

§ Lebih percaya pada mitos daripada pengetahuan medis

§ Tidak merasa memiliki posyandu

§ Merasa bahwa kader bukan merupakan sosok panutan mereka

Ø Faktor Lingkungan

1. Budaya masyarakat sekitar

2. Mitos di masyarakat

3. Kebijakan puskesmas/pusat tentang perekrutan kader dan tenaga kesehatan yang berkompetensi

4. Dukungan perangkat desa

5. Keengganan tokoh masyarakat kunci untuk datang karena kader terkadang bukan panutan

6. Kader terpelajar sulit direkrut dalam jangka waktu yang lama

7. Tingkat ekonomi kader tergolong menengah ke bawah

Ø Faktor Perilaku

1. Masyarakat enggan berinteraksi dengan tenaga kesehatan dan enggan kembali lagi sehingga tidak terjadi interaksi yang kontinu

2. Kurangnya pelatihan kader secara kontinu

more (….) <DOWNLOAD> selengkapnya

NAKES TERPERANGKAP DALAM KONFLIK TRADISI PENGOBATAN TRADISIONAL YANG BERBEDA

          Pasien diklasifikasikan ke dalam berbagai kategori berdasarkan kelas sosial ekonomi dan tingkat pendidikan sebelum dihubungkan dengan pola perilaku pemikiran tertentu. Pasien dari tingkat social ekonomi dan pendidikan yang lebih tinggi, lebih mendukung tradisi biomedis. Sementara sebaliknya, pasien dari tingkat social ekonomi dan pendidikan rendah lebih mendukung atau memilih pegobatan tradisional. Di samping itu, pada kenyataannya pasien memiliki bermacam-macam perasaan terhadap pengobatan yang diterimanya, mulai dari pengobatan biomedis sampai pada pengobatan tradisional, sehingga masyrakat terkesan barganti-ganti dalam mengambil teknik pengobatan untuk dirinya. Hal itu diperkuat oleh Studi masyarakat Hausa di Nigeria Utara yang menunjukkan bahwa “ketidaktauan” merupakan aspek yang penting dari pengetahuan dan praktek pengobatan terhadap pasien yang diberikan oleh tenaga kesehatan.

          Didasarkan atas observasi, bahwa tenaga kesehatan di daerah pedesaan Jawa Tengah menghadapi tradisi pengobatan lainnya dengan sikap dualisme. Dalam kehidupan profesional, mereka menentang segala bentuk integrasi dengan pengobatan tradisional. Namun, dalam lingkup pribadi mereka dengan mudah memanfaatkan jenis-jenis pengobatan tradisional. Hal tersebut menunjukkan bahwa terjadi ketidak konsekuensian dan ketidaksinkronan pada tenaga kesehatan ketika menerapkan prinsip pengobatan di masyarakat.

          Kebanyakan tenaga kesehatan, para dokter, perawat, dan tenaga kesehatan lainnya di Jawa Tengah menyadari kalau pelayanan yang mereka berikan kepada mayarakat hanyalah satu di antara banyak alternatif yang dapat dipilih oleh masyarakat. Di samping pengobatan medis, di sana pun tersedia pengobatan tradisional Jawa, baik berupa pengobatan melalui perantara dukun maupun pengobatan dengan ramuan jawa. Di antara banyaknya tersebut, petugas tenaga kesehatan beranggapan praktek-praktek pengobatan Jawa tradisional hanya cocok untuk masyarakat “tidak maju” tertinggal dalam arus modernisasi yang belum bisa menghargai manfaat tradisi biomedis. Mereka sepakat bahwa praktek tersebut tidak ada gunanya dan merupakan peninggalan jaman dulu. Bahkan, lebih jauh lagi, mereka menganggap salah satu pengobatan tradisional, yaitu pengobatan ke dukun bayi adalah hal yang bodoh dan hanya dilakukan oleh “orang yang bodoh’. Berikut adalah cuplikan kalimat seorang bidan yang menanggapi tentang pengobatan ke dukun bayi. “Saya pernah melihat seoranga anak mati karena dukun bayinya tidak menggunakan alat yang steril. Seluruh badannya membiru. Kami memberikan gunting, perban, dan alat-alat kesehatan kepada dukun untuk membantunya melakukan pekerjaan dengan lebih baik. Namun, mereka tidak mendengarkan dan masih saja memotong ari-ari dengan sebilah bambu. Inilah yang menyebabkan infeksi dan karenanya banyak bayi yang kemudian meninggal

          Penolakan publik terhadap cara pengobatan Jawa tersebut tidak tercermin dalam lingkup hidup tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan sering meminta tukang pijat untuk memijat mereka pada fase awal masuk angin bilamana badan terasa lelah. Begitu pula staff Puskesmas perempuan umumnya dibantu oleh dukun bayi ketika melahirkan anak-anak mereka. Bahkan para bidan yang seringkali menunjukkan sikap bermusuhan pada kolega tradisionalnya, ternyata dalam percakapan informal mengatakan bahwa mereka juga pernah memanfaatkan pelayanan dukun bayi, kerokan dan dengan jamu serta ramuan-ramuan yang juga cukup popular diantara tenaga kesehatan, hingga 85% diantara mereka menggunakannya. Hal ini terlihat tidak sinkron jika melihat cara mereka yang berkebalikan dengan yang mereka ucapkan selama ini

          Di lingkup formal, tenaga kesehatan menolak segala jenis pengobatan tradisional. Namun secara pribadi, mereka biasa memanfaatkannya. Misalnya pengobatan Jawa tradisional, secara ideologis tidak dapat diterima oleh model konseptual biomedis. Namun, secara faktual tenaga kesehatan menggunakannya. Maka dari itu, untuk konflik di dalam dirinya yang tidak sesuai, para tenaga kesehatan memilih bersikap dualisme dengan membagi loyalitas antara tradisi-tradisi pengobatan yang berbeda sesuai dengan lngkungan sosial dimana mereka berada. Jadi secara tidak langsung mengakui manfaat dari keberadaan pengobatan tradisional di sekitar mereka (more…)

DOWNLOAD selengkapnya <versi 1> dan <versi 2>

SUNTIK YA ?

          Sebuah penelitian di Puskesmas Salam Jawa Tengah, pada tanggal 10 Nopember 1990 pukul 09.00 WIB.

PERMASALAHAN

          Adapun permasalahan yang Puskesmas Salam Jawa Tengah ini, sebagai berikut :

1. Pengobatan secara suntik merupakan pengobatan utama di puskesmas ini, meskipun pada dasarnya penyakit tersebut dapat disembuhkan dengan pengobatan secara oral.

2. Pemberian pengobatan secara suntikan menyebabkan variasi obat di puskesmas ini rendah. Hanya ada 5 variasi obat.

3. Puskesmas juga mengalami kekurangan dana untuk memenuhi kebutuhan suntikan. Selain itu, vitamin yang digunakan merupakan vitamin dengan harga yang murah.

4. Dalam melakukan pengobatan, di puskesmas ini jarang dilakukan pemeriksaan fisik, anamnesis, pemberian informasi mengenai penyakit pasien, tidak ada penyampaian diagnosis dan alokasi waktu untuk menjawab pertanyaan pasien.

5. Untuk menekan dana tersebut, maka 1 buah suntikan digunakan untuk 10-15 pasien. Pemberian suntikan bergantian juga terjadi pada saat mengobati PSK (Pekerja Seks Komersial) yang mengalami PMS (Penyakit Menular Seksual).

6. Kepopuleran pengobatan suntik ini dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti :

a) Kesuksesan dalam mengobati beri-beri dan kala azar.

b) Kepercayaan masyarakat bahwa kesembuhan dapat diperoleh setelah menderita terlebih dahulu.

c) Pelayan kesehatan akan mendapat pengakuan sosial sebagai wakil sah dari pengobatan biomedis jika sering memberikan pengobatan secara suntik kepada pasiennya.

d) Kepercayaan dari sisi tenaga kesehatan (pelayan kesehatan) bahwa obat dapat mencapai sasaran dengan cepat melalui suntikan. Bahkan, pada saat seorang perawat lupa membawa alat suntik pada saat akan mengobati pasien, maka perawat tersebut akan mencubit pantat pasien seolah-olah disuntik dan tindakan ini dilakukan atas permintaan pasien.

e) Kepercayaan bahwa pengobatan secara suntik merupakan pengobatan yang paling esensial merupakan kepercayaan turun-temurun. Namun, saat ini generasi muda dan ibu-ibu yang memiliki balita sering melakukan penolakan terhadap pengobatan suntik. Hal ini secara dominan disebabkan oleh ketakutan akibat adanya reaksi alergi dan demam tinggi pada balita setelah disuntik sehingga ibu menjadi panik.

f) Keberatan pasien bukan berarti pasien akan menolak untuk disuntik sebab sebagai pasien diharapkan mengikuti segala perintah dari ahli medis dan merupakan suatu tindakan yang tidak pantas dan tidak sopan bagi masyarakat desa dengan strata ekonomi lebih rendah untuk menolak anjuran orang dengan status sosial lebih tinggi (perawat).

7. Kepercayaan bahwa suntikan merupakan pengobatan yang manjur dan membawa keselamatan. Pemberian suntikan dianggap sebagai tugas paling esensial bagi tenaga kesehatan kepada pasien dan tenaga kesehatan berpikir bahwa pasien akan menerimanya.

more (…..) <DOWNLOAD> selengkapnya

PROGRAM KB : DEMI KESEHATAN PEREMPUAN ?

          Program KB secara formal merupakan wewenang BKKBN. Badan ini mengkoordinir seluruh upaya pengendalian fertilitas melalui sebuah system yang hirarkis dan mengikuti struktur administrasi negara. Dalam system pertanggungjawaban bertingkat ini, segala keputusan berada di tangan BKKBN Pusat dan ditindaklanjuti pemerintah tingkat provinsi dan kabupaten untuk diimplementasikan di masyarakat. Lebih khusus lagi, realisasi program dipercayakan kepada petugas BKKBN di tingkat kecamatan, yaitu Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB) dan pengawasnya yang disebut Pimpinan PLKB atau PPLKB. Mereka ditugasi untuk merealisasikan program KB dengan mengarahkan perilaku fertilitas masyarakat agar memenuhi target kebijakan nasional. Untuk mencapai tujuan ini para PLKB harus bekerja sama dengan institusi-institusi lain di tingkat kecamatan, sekaligus mencari dukungan dari berbagai organisasi yang bergerak di tingkat lokal.

          Kerja sama antara tim PLKB dan tenaga puskesmas merupakan syarat utama untuk merealisasikan program KB. Di dalam pembagian kerja di antara PLKB dan staf puskesmas meliputi petugas PLKB merekrut akseptor-akseptor dan meberikan penyuluhan kepada mereka, sedangkan tenaga puskesmas memberikan bantuan medis. Meskipun terdapat kebijakan bahwa puskesmas juga bertugas melaksanakan program pendidikan KB, tetapi dalam prakteknya kegiatan ini jarang dilakukan dan puskesmas hanya berfungsi dalam melakukan semua tindakan teknis-medis.

          PLKB mempunyai satu tujuan yaitu mengimplementasikan program KB dan pencapaian target akseptor menjadi lebih penting dibanding tujuan umum posyandu yaitu meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Di sisi lain, tenaga puskesmas lebih peduli terhadap kesehatan anak dan ibu hamil serta program KB hanyalah salah satu dari 17 program yang harus dilaksanakan dan belum tentu menduduki proiritas utama disbanding kegiatan yang lain. Akan tetapi, oleh karena staf puskesmas disubordinasikan pada PLKB dalam menerapkan program KB maka mereka harus mengikuti kemauannya meskipun seringkali hal itu berarti bahwa kegiatan-kegiatan kesehatan umum harus disisihkan. Akibatnya implementasi program Keluarga Berencana lebih memprioritaskan pencapaian target kependudukan daripada memprioritaskan kesehatan perempuan. Tenaga puskesmas merasa tidak bebas dalam mengatur dan menjalankan tugasnya serta merasa ditekan agar mengesampingkan kepeduliannya terhadap kondisi kesehatan ibu demi kepentingan tim PLKB yang berusaha meningkatkan jumlah akseptor.

          Inti permasalahan di atas terjadi pada level community di mana terjadi permasalahan yang melibatkan 2 organisasi yaitu PLKB dan puskesmas. Teori yang dapat digunakan untuk melakukan perubahan perilaku berdasarkan leverl sasaran community ini adalah Organizational Change Theories dan Community Mobilization Theories. Namun, dalam permasalahan ini lebih diprioritaskan pada teori yang pertama, yaitu Organizational Change Theories. Hal ini didasarkan pada kurang adanya kerjasama dan koordinasi yang baik antar organisasi-organisasi dalam merealisasikan program KB

more (……) <DOWNLOAD> selengkapnya

PERSPEKTIF GENDER DALAM PROGRAM-PROGRAM KESEHATAN REPRODUKSI : SEBUAH TANTANGAN

          Hal ini dilatarbelakangi oleh adanya Konferensi Kependudukan Dunia (ICPD) di Cairo pada tahun 1994 yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), membahas kompleksitas hubungan antara kebutuhan kesehatan seksual dan reproduksi perempuan serta kebijakan kependudukan an pembangunan pada tingkat global. Dari sini, ditemukan adanya paradigma baru tentang kesehatan reproduksi yang memberikan perhatian pada subordinasi perempuan dan bertujuan meningkatkan status perempuan agar pembangunan yang berkelanjutan dapat terwujud.

          Pada makalah ini ada beberapa contoh kasus yang terjadi di Indonesia untuk menguak permasalahan kesehatan reproduksi perempuan dan mencoba mencari solusinya. Pengalaman di Indonesia menyebutkan bahwa perempuan tidak mudah menuntut hak-hak seksual dan reproduksi dalam lingkup rumah tangga apabila mereka tidak memiliki kekuasaan dalam lingkup social yang luas. Salah satu contoh adalah budaya patriarki Batak di Sumatera Utara, dimana perempuan sangat tersubordinasi pada laki-laki. Bahkan ketika pengambilan keputusan apakah perempuan tersebut menginginkan untuk melakukan hubungan seks, memakai pengaman (kondom) untuk mencegah penularan PMS serta AIDS, perempuan Indonesia cenderung tidak berani mengkomunikasikannya dengan sang suami. Sehingga upaya apapun untuk memberikan tambahan pengetahuan mereka terkait dengan penyebaran PMS dan AIDS akan termentahkan karena perempuan tersebut tidak mampu menyampaikannya pada suami.

          Seringkali program-program kesehatan reproduksi tersebut dianggap bertentangan dengan kajian teologis. Padahal, jika mau mengkaji lebih jauh dalam ajaran Islam, bahwa perempuan sangat dihargai dan dilindungi dalam setiap hukumyang diterapkan dalam hubungan antara laki-laki dan perempuan (pernikahan). Akhirnya para perempuan ini meminta LSM yang memberikan mereka penyuluhan, juga memberikan pengertian pada suami mereka, dengan pertimbangan bahwa tetap saja pengambil keputusan dalm keluarga ada pada suami mereka.

          Namun, di lain pihak banyak yang memperdebatkan bahwa mengubah hubungan jender pada tingkat rumah tangga, khususnya mengenai persoalan hubungan seks jauh lebih sulit dibandingkan mengubah hubungan jender pada tingkat masyarakat. atau bisa jadi program kesehatan reproduksi yang menitikberatkan pada perempuan gagal karena kurangnya perhatian pada pihak laki-laki yang dianggap sebagai penentu kebijakan dalam keluarga.

          Kemudian sasaran program diubah. Yaitu dengan pengenalan alat kontrasepsi pada laki-laki (kondom dan vasektomi) yang telah dirintis sejak 1970-an. Partisipasi laki-laki diharapkan dapat mendukung program kesehatan reproduksi keluarga. Ini dianggap sebagai kunci keberhasilan progam tersebut, karena ada anggapan bahwa sebenarnya untuk mensukseskan program ini, perempuan tidak perlu dilibatkan banyak, karena laki-laki disini masih memegang keputusan, apakah program ini dapat dilakukan dalam keluarga mereka. Sehingga program dialihkan focus pada kaum laki-laki.

          Ternyata dibalik ide besar itu, kita dihadapkan lagi dengan problem, bahwa program tersebut justru memperkuat ketidaksetaraan jender. Dimana para istri menjadi sangat tidak diliatkan dalam pengambilaj keputusan terkait dengan masalah reproduksi. Para perempuan justru menjadi cemas, karena mengkhawatirkan suaminya akan menyeleweng ketika mereka berada di luar rumah, karena merasa ‘aman’ dari penyebaran PMS dan AIDS. Dua hal yang bertentangan namun dapat terjadi beriringan. Seperti dua koin yang memiliki satu sisi baik dan sisi yang lainnya buruk. (more……)

DOWNLOAD selengkapnya <versi 1> dan <versi 2>

HEALTH BELIEF MODEL SEBAGAI ALAT MELAKUKAN PERUBAHAN PERILAKU PADA LEVEL INDIVIDU

          Teori Health Belief Model didasarkan pada pemahaman bahwa seseorang akan mengambil tindakan yang akan berhubungan dengan kesehatan. Teori ini dituangkan dalam lima segi pemikiran dalam diri individu,yang mempengaruhi upaya yang ada dalam diri individu untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya, yaitu perceived susceptibility (kerentanan yang dirasakan/ diketahui), perceived severity (bahaya/ kesakitan yang dirasakan), perceived benefit of action (manfaat yang dirasakan dari tindakan yang diambil), perceived barrier to action (hambatan yang dirasakan akan tindakan yang diambil), cues to action (isyarat untuk melakukan tindakan). Hal tersebut dilakukan dengan tujuan self efficacy atau upaya diri sendiri untuk menentukan apa yang baik bagi dirinya.

          Tiga faktor penting dalam Health Belief Model, yaitu :

1. Kesiapan individu untuk merubah perilaku dalam rangka menghindari suatu penyakit atau memperkecil risiko kesehatan.

2. Adanya dorongan dalam lingkungan individu yang membuatnya merubah perilaku.

3. Perilaku itu sendiri.

          Ketiga faktor di atas dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti persepsi tentang kerentanan terhadap penyakit, potensi ancaman, motivasi untuk memperkecil kerentanan terhadap penyakit, adanya kepercayaan bahwa perubahan perilaku dapat memberikan keuntungan, penilaian individu terhadap perubahan yang ditawarkan, interaksi dengan petugas kesehatan yang merekomendasikan perubahan perilaku, dan pengalaman mencoba perilaku yang serupa.

          Dalam kasus yang terjadi di Jawa Tengah sesuai penelitian yang dilakukan dari bulan Agustus 1989 sampai Oktober 1990 di Salam Kabupaten Magelang. Permasalahan terjadi antara pasien dan tenaga kesehatan di PUSKESMAS. Adanya hambatan dalam komunikasi, mitos yang berkembang di masyarakat, dan masalah financial.

Sesuai dengan teori health belief model

1. Perceived susceptibility:

masyarakat beranggapan jika mereka tidak disuntik mudah tertular penyakit. Selain itu mereka juga mengetahui efek samping dari suntik yaitu demam (biasanya pada anak-anak)

2. Perceived severity:

mereka tidak suntik maka mereka tidak akan sembuh

3. Perceived benefit of action :

masyarakat paham bahwa jika mereka disuntik maka akan sembuh

4. Perceived barrier to action :

Masyarakat percaya bahwa seseorang harus menderita terlebih dahulu untuk sembuh

5. Cues to action :

Pasien sudah mengerti kebiasaan seperti apa yang harus mereka lakukan saat berobat ke puskesmas, yaitu setelah memberikan keluhan yang dirasakan saat itu, dokter memberikan pertanyan sugestif “suntik, ya?”, dengan spontan pasien akan berbaring dan membuka celananya siap untuk disuntik.

more (……) <DOWNLOAD> selengkapnya

Minggu, 20 Juni 2010

KUNJUNGAN LAPANGAN IKM B 2008 ke BENOWO

 imageDewasa ini seiring dengan perkembangan jaman, pertumbuhan sektor industri turut mengiringi upaya pembangunan nasional bangsa. Bukan hanya pembangunan yang bersifat materiil saja yang patut diperhatikan melainkan dampak dari proses pembangunan tersebut juga memerlukan perhatian khusus. Hal ini terutama terkait dengan limbah domestik maupun hasil industri yang berpotensi mempengaruhi kebersihan dan kesehatan lingkungan sekitarnya. Optimalisasi proses penanggulangan yang disertai dengan upaya pencegahan mulai digalakkan dan dilindungi oleh peraturan pemerintah, salah satunya melalui pendidikan yang memfokuskan perhatiannya pada pengaruh faktor lingkungan terhadap kesehatan prevetif, promotif, dan protektif.

          Salah satu profesi yang bertanggung jawab untuk poaktif memberikan solusi terhadap permasalahan yang timbul sebagai dampak limbah terhadap kesehatan lingkungan adalah tenaga ahli kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, proses pembelajaran memerlukan suatu kunjungan lapangan yang dapat membantu mahasiswa lebih kenal dan paham terhadap kondisi sebenarnya di lapangan sehingga teori lebih dapat teraplikasikan dengan baik. Mata kuliah Pengolahan Limbah merupakan salah satu mata kuliah yang diajarkan oleh Departemen Kesehatan Lingkungan FKM UNAIR yang peduli dan concern dengan kesehatan lingkungan termasuk dampak limbah bagi lingkungan. Hal inilah yang sangat membantu mahasiswa dalam mengoptimalkan proses KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) dengan pengadaan kunjungan lapangan yang menyertainya

          Kegiatan ini bertujuan memfasilitasi mahasiswa dalam mengenal medan/ lapangan sesungguhnya sehingga dapat menjadi kesempatan setiap individu untuk mengimplementasikan teori yang sudah dipelajari perkuliahan. Kegiatan diarahkan pada pengamatan pengolahan limbah dan memicu semua mahasiswa untuk peka dan proaktif dalam memberikan solusi atas masalah yang ditimbulkan sebagai dampak limbah domestik maupun industri terhadap kebersihan dan kesehatan lingkungan di sekitarnya. Kunjungan lapangan ini diharapkan dapat mendukung pemahaman mahasiswa khususnya mengenai pengolahan limbah sekaligus belajar mengoptimalkan upaya pemberdayaan masyarakat sebagai faktor utama solusi atas permasalahan lingkungan yang terjadi di sekitarnya

clip_image002

        Diperkiraan produksi sampah dari masyarakat seluruh Surabaya mencapai 8.700 meter kubik per hari. Dan luas lahan di TPA Benowo 7,3 hektar. TPA Benowo selain menampung sampah dari Surabaya juga menampung sampah yang berasal dari kota terdekat seperti Sidoarjo dan Gresik. TPA Benowo menampung sampah sebanyak 1300 ton per hari. Ada proses pemisahan terlebih dahulu oleh para pemulung. Jam kerja TPA Benowo 07.00 – 15.00.

          Pada umumnya penanganan sampah yang baik diterapkan pada sebuah tempat pembuangan akhir yaitu dengan sistem sanitary landfill yakni sampah yang telah masuk di TPA kemudian ditutupi tanah lempung agar tidak menimbulkan bau yang menyengat dan dilakukan setiap hari, namun pada tempat pembuangan akhir Benowo tidak menggunakan sistem tersebut melainkan sistem yang dipakai yaitu System Open Dumping atau boleh dikatakan Semi Sanitary Landfill pada TPA tersebut setiap 3 sampai 4 minggu bahkan terkadang satu tahun sekali dilakukan penimbunan tanah  lempung dengan tebal 40 cm terhadap sampah yang telah dipadatkan atau ketika sampah telah menumpuk hingga setinggi 3,75 meter

<DOWNLOAD LAPORAN> selengkapnya

Senin, 07 Juni 2010

GROUP DYNAMICS for HEALTH PROVIDER (Peran Dinamika Kelompok untuk SKM)

          Pembangunan kesehatan ditujukan pada terwujudnya derajat kesehatan masyarakat secara keseluruhan secara optimal. Derajat kesehatan masyarakat yang dimaksud menurut HI. Blum dipengaruhi oleh 4 faktor diantaranya lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan herediter atau genetiknya. Dari keempat faktor tersebut, salah satunya adalah faktor perilaku (behaviour) yang merupakan faktor yang dapat diintervensi dengan kompetensi-kompetensi Sarjana Kesehatan Masyarakat. Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dapat beraktualisasi dalam upaya - upaya kesehatan seperti upaya promotif dan preventif karena upaya kuratif dan rehabilitatif merupakan wilayah klinik yang bukan ranah kompetensi dari SKM.

          Dalam melakukan intervensi faktor perilaku, tentu saja harus memperhatikan dan mengenali masyarakat terlebih dahulu. Sasaran dari intervensi perilaku tersebut tidak hanya difokuskan pada individu semata, tetapi juga kelompok-kelompok dalam suatu masyarakat karena pada masyarakat, jalinan hubungan dan saling ketergantungan individu terhadap anggota-anggota lainnya sangat jelas dan hal ini akan mempengaruhi individu di dalam kelompok-kelompok tersebut. Kehidupan kelompok lebih merupakan cerminan dari gaya hidup masyarakat yang berorientasi ke dalam dan terjadi interaksi di antara individu yang didasarkan atas ikatan perasaan, baik perasaan dalam hal saling mengisi dalam setiap peristiwa sosial, maupun perasaan untuk saling melindungi antar sesama anggota kelompok. Keadaan ini akan terjadi selama semangat kelompok (Group spirit) terus menerus berada dalam kelompok tersebut dan kelompok ini selalu bersifat dinamis karena selalu berubah-ubah sesuai dengan tuntutan jaman.

          Ketika melakukan intervensi faktor perilaku terhadap masyarakat, maka akan dapat diterapkan adanya suatu dinamika kelompok. Dinamika kelompok merupakan suatu metode dan proses yang bertujuan meningkatkan nilai kerjasama kelompok. Artinya metode dan proses dinamika kelompok ini berusaha menumbuhkan dan membangun kelompok yang semula terdiri dari kumpulan individu yang belum saling mengenal satu sama lain menjadi satu kesatuan kelompok dengan satu tujuan, satu norma dan satu cara pencapaiannya yang disepakati bersama. Dinamika kelompok ini dapat diterapkan terhadap masyarakat ataupun di dalam lingkup Kesehatan Masyarakat itu sendiri sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal dalam upaya pencapaian derajat kesehatan masyarakat.

          Dalam upaya mencapai kesehatan yang optimal tersebut, tentunya ada indikator-indikator tentang kesehatan masyarakat yang harus dipenuhi. Indikator adalah variabel yang dapat digunakan untuk mengevaluasi keadaan atau status dan memungkinkan dilakukannya pengukuran terhadap perubahan- perubahan yang terjadi dari waktu ke waktu. Suatu indikator tidak selalu menjelaskan keadaan secara keseluruhan, tetapi pada umumnya hanya petunjuk (indikasi) tentang keadaan keseluruhan tersebut sebagai suatu pendugaan. Indikator kesehatan merupakan ukuran yang menggambarkan atau menunjukkan status kesehatan sekelompok orang dalam populasi tertentu, misalnya angka kematian kasar. Penetapan indikator kesehatan ini tidak selalu mutlak seragam diterapkan di seluruh daerah atau wilayah negara. Penetapan indikator kesehatan disesuaikan dengan kondisi dan permasalahan kesehatan yang dihadapi oleh daerah atau wilayah negara itu sendiri. Salah satu contoh indikator kesehatan adalah indikator “Indonesia Sehat 2010”  yang digunakan untuk  meningkatkan status kesehatan masyarakat Indonesia. Indikator ini dibagi ke dalam beberapa kelompok, antara lain :

a.  Indikator Derajat Kesehatan yang merupakan hasil akhir, yang terdiri atas indikator-indikator mortalitas, indikator-indikator morbiditas, dan indikator-indikator status gizi.

b.  Indikator Hasil Antara, yang terdiri atas indikator-indikator keadaan lingkungan, indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-indikator perilaku hidup masyarakat, serta indikator-indikator akses dan mutu pelayanan kesehatan.

c.  Indikator Proses dan Masukan, yang terdiri atas indikator-indikator pelayanan kesehatan, indikator-indikator sumber daya kesehatan, indikator-indikator manajemen kesehatan,  dan indikator kontribusi sektor-sektor terkait.

          Akan tetapi, hingga memasuki tahun 2010 pun upaya-upaya peningkatan kesehatan juga belum berjalan optimal walaupun telah ditetapkan berbagai program kesehatan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain adalah faktor tenaga kesehatan, khususnya lulusan Sarjana Kesehatan Masyarakat. Oleh karena itu, dalam mencapai indikator-indikator kesehatan untuk upaya peningkatan kesehatan secara keseluruhan ini, SKM dapat menerapkan berbagai cara efektif sehingga mampu mencapai peningkatan kesehatan masyarakat yang optimal dengan melakukan intervensi perilaku menggunakan berbagai permainan dalam dinamika kelompok untuk mengintervensi pola perilaku dari masyarakat ataupun juga untuk membangun tim dalam mengintervensi masyarakat.

          Berbagai macam permainan telah dirancang dalam dinamika kelompok dan hal tersebut memberikan manfaat yang sangat banyak, antara lain dapat membentuk kerjasama saling menguntungkan dalam mengatasi persoalan hidup, memudahkan segala pekerjaan, mengatasi pekerjaan yang membutuhkan pemecahan masalah dan mengurangi beban pekerjaan yang terlalu besar sehingga selesai lebih cepat dengan efektif dan efisien. Beberapa contoh permainan dalam dinamika kelompok antara lain Leadership-games, Psycho-drama, Role-playing games, Trust-building games, Group problem solving activities, management conflict dan Communication games.

          Salah satu contoh permainan yang dapat diaplikasikan dan juga dibutuhkan sebagai pembekalan SKM disini adalah Communication Games. Communication Games merupakan bentuk permainan …..(more)

by : Budi Eko Siswoyo, dkk

selengkapnya <DOWNLOAD>

Minggu, 02 Mei 2010

LIFE TABLE ANALYSIS (Analisis Data Senegal ‘95-'99)

LIFE TABLE FOR THE BANDASSI DSS SITE, SENEGAL, 1995-1999

image

Keterangan :

x (age), M (mortality rate), q (probability of death/ death rate), l (survivor), L (years lived between ages x, x+n), T (years lived, starting at age x), e (life expectancy), d (number of deaths)

Analisis

          Tabel di atas merupakan Life Table for The Bandassi dss site, Senegal tahun 1995-1999. Dalam tabel tersebut menyajikan perbedaan jenis kelamin, sehingga data yang tertera terdiri atas laki-laki dan perempuan. Jumlah tahun yang berjalan setelah kelahiran dibuat dalam bentuk interval dengan 19 kelas di dalamnya, dimulai kurang dari satu tahun sampai lebih dari delapan puluh lima tahun. Seiring dengan umur yang semakin tua, bilangan yang menunjukkan jumlah anggota kohort yang masih hidup pada umur tertentu semakin menurun. Jumlah kematian pada setiap umur dalam interval waktu dikatakan tidak merata. Adapun 5 interval kelas yang menunjukkan jumlah kematian terbanyak, di pria yaitu pada umur kurang dari 1 tahun, kelas antara 1-4 tahun, 60-64 tahun, 65-69 tahun, dan 80-84 tahun, sedangkan dalam anggota perempuan pada umur kurang dari 1 tahun, kelas antara 1-4 tahun, 65-69 tahun, 75-79 tahun, dan 80-84 tahun. Hal ini merupakan salah satu sebab rendahnya jumlah pria menjelang umur 80-84 tahun. Probabilitas kematian pada beberapa umur di atas tidak menentu, terkadang mengalami kenaikan tetapi pada interval umur tertentu mengalami penurunan, begitu seterusnya. Akan tetapi, yang juga dapat terlihat bahwa probability of death rate dari pria lebih terlihat signifikan bukan hanya selisih perubahan tetapi juga nilainya daripada pada perempuan. Oleh karena itu tidak mengherankan jika pada setiap interval umur, jumlah pria selalu lebih kecil daripada perempuan. Probabilitas kematian sebanding dengan jumlah tahun kehidupan kohort life table dalam setiap interval umur, dan juga dengan jumlah tahun kehidupan dari kohort umur x hingga semua individu dalam kohort tersebut meninggal, sehingga perempuan memiliki jumlah tahun kehidupan lebih banyak daripada pria. Hal ini sudah mulai terlihat dari tingginya angka mortalitas bayi/ anak pada awal periode (di bawah umur 5 tahun) yang ditunjukkan dengan nilai Lx makin mendekat lx+1. Oleh karena itu, rata-rata harapan hidup penduduk berjenis kelamin pria lebih rendah daripada perempuan pada setiap interval umur. Hal ini dipertegas kembali dengan keberadaan nilai Mx yang mencerminkan jumlah kematian per kelompok interval umur per 1000 penduduk. Seperti biasa, nilai Mx yang dimiliki oleh pria lebih tinggi daripada perempuan dan ini berarti jumlah kematian pria lebih tinggi daripada perempuan. Keadaan seperti ini bisa jadi akan menimbulkan kesenjangan dari suatu keluarga mengingat harapan hidup pria selaku kepala keluarga lebih rendah daripada perempuan dan menuntut perempuan untuk lebih mandiri dan siap menopang perekonomian jika sewaktu-waktu ditinggal meninggal oleh sang suami atau tulang punggung keluarganya. Perlu adanya kajian lebih lanjut mengenai penyebab rendahnya harapan hidup pria daripada perempuan pada setiap interval umur dengan beberapa variabel yang dipertimbangkan termasuk terhadap lebih tingginya Mx pada perempuan di atas umur 85 tahun.

Jumat, 16 April 2010

SEMINAR & PELATIHAN NASIONAL HACCP 2010 “Optimizing Application of HACCP to Reduce Food Adulteration”

          Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM UNAIR) serasa tidak pernah absen baik dalam mengadakan kegiatan maupun mengikuti kegiatan oleh dan untuk mahasiswa. Kali ini, mahasiswa fakultas yang telah terakreditasi A ini mengirimkan 28 mahasiswa delegasinya secara voluenter untuk mengikuti Seminar dan Pelatihan Nasional HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point) 2010 bertema “Optimizing Application of HACCP to Reduce Food Adulteration” yang diadakan selama 3 (tiga) hari mulai tanggal 30 Maret s.d 01 April 2010 di Gedung Widyaloka, Universitas Brawijaya-Malang oleh Himpunan Mahasiswa Teknologi Hasil Pertanian (HIMALOGISTA) UNIBRAW.

DSC00621          Hari pertama dapat dikatakan sebagai hari yang penuh dengan basic dalam pengenalan dan peningkatan pemahaman mengenai HACCP. Materi yang disampaikan diantaranya adalah “Food Safety Management System” oleh Ir. Tri Wahono, “Food Adulteration” oleh Drs. M. Muchtar, Apt. MH selaku Kabid Pengujian Pangan dan Bahan Berbahaya BPOM Jatim, dan Implementasi HACCP oleh Fajar Nur Prabowo, SP selaku tim HACCP dari PT Greenfield Indonesia. Banyak hal yang dijabarkan di masing-masing sesi, diantaranya bagaimana memahami dan aplikasi Sistem Manajemen Keamanan Pangan (SKMP) sesuai standar baik nasional maupun internasional dengan mempertimbangkan berbagai aspek, salah satunya yang terkenal adalah ISO baik 15161 yang cukup konsen dalam manajemen mutu maupun ISO 22000 mengenai sistem keamanan pangan.

          Dalam regulasi pangan, Bapak Muchtar menjelaskan bahwa pemerintah bersama BPOM senantiasa menerapkan manajemen, bina, dan kontrol bukan hanya untuk menjamin keamanan pangan melainkan juga mutu dan kualitas produk termasuk dalam hal public acceptable dan Good Hygiene Practice (GHP). Kesempatan ini juga digunakan Greenfield untuk berbagi bahwa selama ini standar susu aman versi PT Greenfield diantaranya bebas dari bahaya (hazard), sesuai dengan kebutuhan nutrisi konsumen, mempunyai shelf life panjang tapi tetap memberikan kesegaran, tidak mengandung adulteration, kemasan yang mampu melindungi dari kontaminasi maupun kerusakan, dan kesesuaian dengan aturan yang berlaku.

image  26290_116528258358295_100000033632584_288971_6661613_n

          Hari kedua dan ketiga sepenuhnya diisi oleh Training of HACCP System oleh Mbrio Biotekindo. Hari kedua merupakan pembekalan bagaimana mengaplikasikan 12 tahap HACCP dan 7 prinsip HACCP yaitu analisa bahaya, penentuan titik kritis, penetapan batas kritis, penetapan prosedur monitoring, penetapan tindakan koreksi, penetapan prosedur verifikasi dan pengembangan sistem rekaman. Selanjutnya, peserta diberi kasus untuk membuat Rencana Kerja Jaminan Mutu (RKJM) sebagai implementasi HACCP dengan tiga topik utama yang dibagi menjadi beberapa kelompok, antara lain produk ikan kaleng, makanan pendamping ASI/ bubur bayi, dan sari buah. Kasus inilah yang akan dipersentasikan pada hari ketiga oleh semua kelompok.

          Peserta merasa sangat puas dan harapannya dapat lebih memahami bagaimana kebijakan mutu, menyusun tim HACCP yang multidisiplin ilmu, menyusun deskripsi produk, karakteristik bahaya, persyaratan dasar, membuat diagram alir produk, identifikasi bahaya, penetapan Critical Control Point (CCP), Control Measurement, sampai pada prosedur verifikasi, penarikan kembali, pengaduan konsumen, dan mengenai prosedur amandemen produk suatu perusahaan.

Sabtu, 13 Maret 2010

TIPS Menurunkan Berat Badan

“Bukan hal yang mudah untuk menurunkan berat badan!”, itulah komentar yang biasa kita dengar. Semua hal pasti sulit kalau kita tidak tahu caranya dan arahnya. Karena itu untuk menurunkan berat badan juga kita harus mengerti caranya. Ada beberapa tips yang bagus untuk anda jalankan, tetapi disini tidak termasuk memutar jarum timbangan badan supaya turun.

image1. Kurangi karbohidrat (nasi, roti, dll) dan hindari lemak (gorengan, santan).
Tetapi jangan anda hilangkan karbohidrat dari porsi makan anda karena karbohidrat tetap dibutuhkan tubuh, hanya tidak terlalu banyak.

2. Bagi porsi makan anda dari 3 menjadi 6 kali sehari.
Hah? Kok bisa? Tentu saja anda harus membuatnya menjadi setengah porsi tiap kali makan. Kemudian 3 diantara makan tambahan tersebut tidak perlu menggunakan nasi, tetapi buah atau susu non fat.

3. Hindari gula dalam minuman anda!
Minuman yang membawa paling banyak pasukan gula adalah soft drink. Sangat disarankan untuk tidak minum minuman ini lagi. Selalu minta air mineral jika anda sedang makan keluar. Sekali-kali teh manis untuk pelega masih tidak apa.

4. Makan paling akhir 2-3 jam sebelum tidur
Karena lemak mulai ditumpuk saat anda tidur, dan jika anda makan sebelum tidur maka akan menjadi sasaran empuk untuk penumpukan lemak. Jika anda lapar, lebih baik minum saja susu non fat atau WRP atau semacamnya.

5. Tidak lagi gorengan, ganti dengan yang bakar atau rebus
Tetapi hati-hati, biasanya ayam bakar diolesi minyak. Paling baik, anda mengatakan dulu ke yang masak, jangan pakai minyak ya.

6. Latihan kardio (jogging, lari, berenang, lompat tali, treadmill)
Jenis ini akan membuat anda membakar lemak yang menumpuk dengan sukses. Lakukan dengan rutin setiap hari.

7. Pagi hari yang indah untuk berlatih
Berlatih pada pagi hari akan lebih efektif, karena perut anda sudah kosong dan tentunya pembakaran yang utama akan mengambil dari lemak anda.

8. Berjalan kaki yang sehat
Usahakan anda bisa berjalan kaki jika jaraknya tidak terlalu jauh. Ataupun ketika ada pilihan antara eskalator atau tangga, pilih tangga! Kecuali kalau di mall tentunya yang biasanya hanya ada eskalator, tapi bisa anda akali dengan terus berjalan di eskalator.

9. Istirahatlah secukupnya
Waktu istirahat yang baik adalah 8 jam sehari. Jangan lebih jangan kurang.

10. Nikmati hidup anda
Atur semua diet dan latihan anda agar menyenangkan sehingga nanti tidak menjadi diet yoyo (berat kadang turun kadang naik). Kalau anda menikmati gaya hidup sehat anda yang baru, tentu anda tidak sampai bosan khan.

sumber : http://www.akubugar.com/

Minggu, 24 Januari 2010

TETAP SEHAT SAAT JAM KERJA PADAT

image           Jadwal kerja yang padat membuat kita sering kali melewatkan waktu makan dan olahraga secara teratur. Padahal, makan dengan waktu dan kandungan gizi benar dan cukup sangat membantu kesehatan dan tubuh kita makin prima.
Berikut beberapa hal yang jangan terlewatkan;
1. Sarapan. Ini adalah satu kegiatan yang paling penting sebelum memulai aktivitas di pagi hari. Makanan yang kita makan dalam sarapan akan menjadi bahan bakar sehingga tubuh terhindar dari rasa lemas. Bahan bakar ini akan membantu kita untuk tetap tumbuh dan menjadi sumber tenaga sehingga kita bisa lebih berkonsentrasi.
2. Air Putih. Beberapa orang kerap melewatkan kesempatan untuk minum air putih padahal justru sangat berfungsi untuk pencernaan. Para dokter menyarankan, setiap harinya harus mengkonsumsi delapan gelas dalam sehari. Biasakan minum lima gelas air putih sebelum waktunya makan siang dan tiga gelas berikutnya saat menjelang waktunya pulang. Praktek ini mungkin sedikit merepotkan, bagi mereka yang gemar minum kopi, selain mencegah kantuk, juga membuat kita tetap terjaga di kala harus lembur. Yang harus diingat, mengkonsumsi minuman berkafein dalam skala yang berlebihan berpotensi meningkatkan tekanan darah dan membuat jantung berdebar kencang. Bukannya hilang rasa kantuk, tapi hanya membuat kita cepat stres. Jadi, tidak ada salahnya kopi diganti dengan air putih.
3. Sayuran dan buah. Menjelang waktunya makan siang, terkadang kita melupakan yang namanya sayuran dan buah. Padahal menu wajib itu harus kita konsumsi setiap hari. Bagi yang tidak gemar makan sayuran, cobalah menu dalam kemasan yang lain tapi tetap terbuat dari sayuran, sehingga tidak mengurangi selera makan siang. Seperti, pizza sayuran, salad, lasagna bayam, gado-gado. Sedangkan untuk buah, cobalah biasakan membawa bekal buah di dalam tas sebagai cemilan pengganti keripik, cokelat dan lainnya. Jika tidak ingin repot, saat makan siang dapat menambahkan menu jus buah yang kaya akan vitamin.
4. Olahraga ringan. Pekerjaan yang menumpuk membuat kita lupa untuk berdiri dan meregangkan otot sejenak. Bahkan mata dibiarkan seharian berlama-lama di depan layar komputer. Usahakan tiap 20 menit sekali untuk berdiri dan rehat sebentar. Untuk memperbaiki posisi tempat duduk, meregangkan otot-otot yang tegang dan lainnya.

by : Retno Hemawati