Sebagaimana hak, dalam hal ini hak bangsa Indonesia yaitu untuk memilih dan dipilih, rakyat Indonesia pun mengenal calon pemimpinnya jika mereka sebagai pemilih dan apa keunggulan serta potensi dirinya jika dia sebagai calon pemimpin yang akan dipilih. Pemilihan umum legislatif pun baru saja dilakukan. Walaupun diwarnai dengan pelanggaran-pelanggaran baik saat kampanye maupun kegiatan sosialisasi, akan tetapi kegiatan pemilihan cukup dapat dikendalikan. Pemilihan legislatif saja sudah seperti itu apalagi pemilihan umum untuk presiden mendatang. Minimal pemilihan legislatif telah menjadi cerminan untuk prediksi kerusuhan dan berkecamuknya persaingan-persaingan yang akan terjadi dan patut menjadi pertimbangan yang harus dievaluasi. Suatu awal sebenarnya merupakan proses ketika seseorang membangun pondasi untuk rumahnya. Ketika pondasi awal tidak dibangun dengan baik bahkan sama sekali tidak dihiraukan, apa jadinya rumah yang nantinya akan berdiri. Bayangan kebobrokan dan keruntuhan pun sangat jelas terlihat dan apakah kita hanya berdiam diri saja? Walaupun rumah itu bukan rumah kita, tetapi jika seandainya rumah tersebut roboh dan menimpa rumah di sekitarnya, berderet-deret rumah pun akan rusak bahkan roboh seiring dengan robohnya rumah tanpa pondasi kokoh tersebut. Parahnya lagi, pemilihan calon pemimpin bukan untuk rumahnya sendiri melainkan rumah kita juga, negara yang merupakan rumah dan tanah air tercinta bangsa Indonesia. Setidaknya hal ini bisa menjadi pertimbangan kita, bahwa apa yang kita tentukan dan kita pilih sangat berarti dan berpengaruh terhadap perkembangan dan kesejahteraan bangsa negara Indonesia ke depannya.
Pembangunan pondasi yang tidak kokoh itu sebenarnya diawali dengan kurang pahamnya seseorang sebagai calon pemimpin akan tugas dan peranannya kelak jika dia telah terpilih menjadi seorang pemimpin. Pada dasarnya pemimpin adalah seseorang yang bisa menjadi panutan dan dapat memberikan persuasif kepada orang lain sebagai anggota dan masyarakatnya, dalam hal ini bisa dicontohkan seorang presiden dengan bangsa dan negaranya. Jika pemimpin kurang paham bahkan tidak mengerti statusnya sebagai seorang khalifah/ pemimpin, maka ketika dia berperan pun akan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan anggota atau masyarakatnya terhadap kepemimpinannya. Setelah membaca sekelumit kalimat yang telah diuraikan penulis sampai baris ini, pasti setidak-tidaknya akan timbul suatu pertanyaan dan pemikiran, “apa aku dapat menjadi pemimpin?” dan “andai aku jadi pemimpin….”. Apapun itu, jika hal tersebut hanyalah angan-angan, semuanya akan menjadi sia-sia karena perubahan sebenarnya terletak di tindakan kita, bukan hanya dalam bayangan kita semata. Andai-andai adalah stimulus pertama dan saraf motorik siap melakukan apa yang akan kita lakukan dan sekarang saatnya Anda yang menentukan, melakukan sesuatu atau hanya diam berandai-andai
………………………………………………………………………………………………………………………
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
be honestly OK :D